Kristenisasi melalui Kesaksian-Kesaksian Palsu via Mantan Muslim
(murtadin) Tahun 1974
GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus
pelecehan agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam
ceramahnya, sang pendeta itu mengaku ngaku sebagai mantan kiyai, alumnus
Universitas Islarn Badung dan pernah menjadi juri MTQ
Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara sangat ngawur.
Kaset rekaman ceramah tersebut kemudian diedarkan secara luas kepada umat
Islam.
Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong
belaka Yusuf Roni teryata tidak bisa baca Al-Qur’an. Dengan kebohongannya
itu, Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar penjara 7 tahun di Kalisosok,
Surabaya.
Ketika orang sudah banyak melupakan kasus pelecehan Yusuf Roni, di Jakarta
muncul pelecehan plus seribu dusta yang baru. Seseorang yang menamakan
dirinya Pendeta Hagai Ahmad Maulana mengaku sebagai putra kandung
kesayangan KH. Kosim Nurzeha. Ceramahnya d i gereja pun beredar luas di
kalangan masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar
pendeta Hagai Ahmad Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha
melahirkan Ahmad Maulana.
Di Padang, trik yang sama dipakai untuk menggoyang akidah umat. Seseorang
yang menamakan dirinya Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah, namanya
menjadi naik daun di dunia pemurtadan Kristenisasi, setelah mangaku adik
kandung ulama besar pakar tafsir, Y ang Mulia Almarhum Buya Hamka.
Orang awam banyak yang percaya tanpa cek dan ricek. Langsung yakin begitu
saja dengan pengakuan bahwa adik kandung Buya Hamka itu sudah murtad ke
Kristen.
Setelah diselidiki, ternyata pengakuan itu adalah kebohongan yang sangat
besar. Salah seorang putra Buya Hamka menyatakan bahwa sepanjang hayatnya,
dia tidak pernah punya paman yang namanya Willy Abdul Wadud Karim
Amarullah.
Di Cirebon, murtadin Danu Kholil Dinata Ev. Danu Kholil Dinata alias
Theofilus Daniel alis Amin Al Barokah, mengaku sebagai sarjana agama
Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa
versi Islam di STAI Cirebon. Setelah dilacak,
ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk kesaksian adalah PALSU.
Para murtadin pembohong lainnya adalah Drs. H. A. Poernomo Winangun alias
Drs. H. Amos, Ev Hj. Christina Fatimah alias Tin Rustini (nama asli
dikampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy Muhammad Nurdin, Pdt. M.
Mathius, Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epo n Irma F. Intan Duana Paken
Nata Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah mengkristenkan
60 kiyai Banden, dll. Kristenisasi berkedok sosial di desa-desa turpencil.
Kristenisasi dilancarkan kepada orang-orang miskin sambil menawarkan
makanan (berisi, mie, gula, dll.) secara gratis, obat-obatan, pakaian
bekas, alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga), dll.
Setelah orang desa merasakan manfaatnya, maka barulah para misi menyatakan
maksud yang sebenarnya, bahwa mereka itu sebagai pelayan dari Yesus
Kristus. Dan bantuan yang mereka nikmati itu adalah dari Yesus. Maka, mana
yang lebih baik, Islam atau Kristen? Selanjutnya, masyarakat desa
dibaptis. Bagi yang tidak mau masuk Kristen maka dimulailah misi untuk
menggoda iman untuk melemahkan ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar